Orang-Orang Terbaik


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah nabi yang paling utama. Meskipun demikian, beliau adalah sosok yang sangat tawadhu'/rendah hati. Imam Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu'anhu, dia berkata: Ada seorang lelaki menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu dia berkata, “Wahai Khairul Bariyyah [sebaik-baik makhluk].” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun berkata, “[Khairul bariyyah] Itu adalah Ibrahim 'alahis salam.” (HR. Muslim [2369]).
Beliau bukanlah orang yang suka membanggakan kedudukannya, apalagi sampai meremehkan orang lain. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, dia menceritakan: Ada orang yang bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling mulia?”. Beliau menjawab, “Orang yang paling bertakwa di antara mereka.” Mereka pun berkata, “Bukan itu maksud pertanyaan kami.” Beliau pun berkata, “O, kalau begitu [orang yang paling mulia itu adalah] Yusuf seorang Nabi Allah, putra seorang Nabi Allah [Ya'qub] dari keturunan Nabi Allah [Ishaq] putra kekasih Allah [Ibrahim].” Mereka berkata, “Bukan itu pula yang kami tanyakan.” Beliau pun berkata, “Jadi yang kalian tanyakan mengenai [orang yang paling mulia di antara] kabilah-kabilah Arab? Orang-orang terbaik di antara mereka pada masa jahiliyah adalah orang-orang terbaik di antara mereka di masa Islam apabila mereka adalah orang-orang yang fakih/paham agama.” (HR. Bukhari [3353] dan Muslim [2378])
Kerendahan hati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan teladan bagi siapa pun yang menginginkan kemuliaan sejati di hadapan Allah. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Harta tidak akan berkurang karena sedekah. Sikap suka memaafkan tidaklah menambah pada diri seorang hamba kecuali kedudukannya semakin mulia di sisi Allah. Dan tidaklah seseorang merendahkan hati karena Allah melainkan Allah pasti akan mengangkat kedudukannya.” (HR. Muslim [2588])
Inilah sifat Ibadurrahman, hamba-hamba Allah yang sejati. Rendah hati kepada Allah dan tidak menyombongkan diri di hadapan sesama manusia. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Dan Ibadurrahman itu adalah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi ini dengan kerendahan hati, apabila orang-orang yang bodoh berbicara kepada mereka, maka mereka jawab dengan ucapan keselamatan...” (QS. al-Furqan: 63)
Siapa pun kita, hendaklah kita menjadi orang yang rendah hati. Dengan sebab itulah akan tercipta kesejukan pergaulan dan keharmonisan hubungan di antara sesama. Apabila seorang benar-benar ikhlas dalam beribadah kepada Allah, hendaklah dia menghilangkan ujub dan riya' dari dalam hatinya. Terlalu banyak aib kita di hadapan Allah ta'ala, dan terlalu sering kita berbuat dosa walaupun orang lain tidak mengetahuinya. Apalah artinya anggapan hebat terhadap apa yang kita lakukan padahal sebenarnya itu semua adalah taufik dan bantuan dari Allah ta'ala.
Lihatlah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, siapakah beliau? Beliau adalah sosok yang sangat mulia yang dosa-dosanya telah diampuni oleh Rabbnya. Namun begitu, tidaklah beliau malas beristighfar dan bertaubat kepada Allah ta'ala. Dalam sehari beliau beristighfar lebih dari tujuh puluh kali, bahkan sampai seratus kali! Apakah beliau seorang penjahat kelas berat atau pecandu maksiat?! Tentu saja bukan... Namun demikianlah akhlak beliau shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Rabbnya.
Semoga Allah membantu kita untuk senantiasa mengingat-Nya dalam segala kondisi, bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang tak terhingga, dan menolong kita untuk bisa terus-menerus memperbaiki kualitas ibadah kita di hadapan Rabb alam semesta. Allahumma amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar